Surat Untukmu, 28!

Hai, ini aku.

Apa kabar?

Jika punya waktu lebih, maka dengan senang hati lanjutkan membaca surat untukmu yang ku tuliskan dengan sadar malam ini. Pengeras suara dari alat pengetikku memperdengarkan lagu Sal Priadi - Biar Jadi Urusanku. Kau tahu lagu itu? Sepertinya tahu, meski aku tidak yakin. Sedikit.

Sejalan dengan judul dan isi lagunya yang pas sekali, ya memang harusnya benar semua biar jadi urusanku. Tak apa, jika menuju dua paragraf ini kau sudah muak, maka cukup sampai di sini. Kau bisa kembali kepada aktivitasmu yang lebih penting itu.

Hai, tampaknya kau lebih baik. Benar begitu?

Sepertinya iya, meskipun aku tak pernah tahu bagaimana detail perasaanmu saat ini. Aku tak bisa lagi terus melihatmu. Semua pintu untuk menujumu sudah ku tutup, ku kunci, dan kuncinya ku buang jauh. Hilang entah dimana. Aku begitu peduli dengan segala pandangan dan pengetahuanmu. Itu sebabnya aku tak ingin kau memandang bahkan sekadar mengetahui bagaimana kabarku. Tak perlu mencari, aku tahu kaupun tidak peduli. 

Sudah saatnya kau berjalan lagi. Menata ulang semua kisah yang pernah ada. Tak perlu terus tertinggal dan menoleh ke belakang. Teruslah berjalan, menatap lurus ke depan. Jangan kembali dan jangan menunggu siapapun untuk kembali. Mari kita refleksi apa yang sudah kau dapatkan di lebih tiga ratus enam puluh lima hari terakhir. Ada banyak hal yang tak sejalan dengan isi kepalamu. Banyak hal yang tak bisa kau luapkan dari hatimu. Semua tertanam, busuk, hingga hilang dengan sendirinya. Seperti orang gila yang memendam semua sendiri. Terkadang ingin berhenti tapi tetap berusaha bangkit lagi. 

Katamu, "Di dewasa ini, sudah saatnya menyimpan semuanya sendiri. Orang lain tak perlu tahu."

"Iya, tapi tahu-tahu sudah gila. Aku tak ingin kau gila dulu!" Balasku, waktu itu.

Tak ada yang salah dengan semua ini. Wajar saja, semua terjadi. Namanya hidup ya pasti banyak masalah. Aku tahu kau mungkin tak ingin berbagi cerita lagi denganku. Tapi tenang saja, akupun tak ingin lagi mendengar ceritamu. Cerita kita, kita simpan masing-masing saja. Cerita kita, kita urus sendiri-sendiri saja.

Hari ini, hal yang aku sadari adalah barangkali aku berhasil beradaptasi dengan segala penolakan yang tak sesuai dengan apa yang ku inginkan. Aku menuju berhasil beradaptasi dengan segala hal baru yang ku rutuki kehadirannya. Kali ini, aku berusaha membuang dendam dan menguatkan ikhlas di dalam hatiku. Harapku kau pun begitu.

Meski semua memang biar jadi urusanmu saja, tapi kebahagiaan yang turut menghampirimu akan selalu kuharapkan. 

"Bahagia terus yaa!" kau katakan padaku masih waktu itu.

"Bagaimana bisa aku bahagia sedang bahagiaku ada saat bersamamu?" ku tanya balik, yang sayangnya tak pernah ku dapati jawaban itu hingga sekarang.

Keyakinan untuk mendapatkan kebahagiaan itu ada pada dirimu. Kau pantas untuk dirayakan. Sudah sejauh ini, harapku tetap jangan putar balik. Tetap menjadi baik hingga kebaikan berlipat lagi kau dapatkan. Kau keren, itu menurutku. Rasakan segala sedih dan kecewa yang pernah datang menghampiri, setelahnya ikhlaskan dan lupakan. Sebelum berharap untuk dicintai, cintai dirimu sendiri. Meski aku juga akan terus mencintaimu, tapi kau harus mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu.

Hai, ini masih aku.

Aku yang memiliki kemungkinan besar untuk tetap terus mencintaimu. Biarkan ini menjadi urusanku. Aku dengan segala gejolak rasa di dalam hatiku. Aku dengan segala ekspektasi di kepalaku. Biarkan semua ini menjadi urusanku. Urusanmu hanyalah tetap hidup dengan baik di bumi. Tak peduli kau menoleh ke arahku atau tidak. Aku akan tetap ada bersamamu, meski dalam bentuk yang lain.

Terimakasih sudah bertahan. Terimakasih sudah mengupayakan semuanya. Bagaimanapun keputusan hidup yang kau pilih, aku tentu akan tetap bangga pada dirimu. Selamat menjalani hari-hari baru yang mungkin akan jauh lebih sulit lagi. Selamat mencari jati diri, menuntaskan segala mimpi-mimpi yang masih belum tercapai. Tetaplah hidup dengan damai, bahagia, dan sejahtera.

Teruslah mencoba menata segala yang berantakan bahkan rusak. Tak apa bertahap, nanti juga selesai. Jika luka, maka nanti sembuh juga. Kamu tetap kecintaanku.

Ini surat untukmu, dari aku yang juga kamu.

Ditulis, 25 Juni 2025.
-Yun





Komentar