Sebelum Terlelap

Bersama semilir angin malam ini, di waktu sebelum aku terlelap. Izinkan aku menuliskan sesuatu tentangmu, meski ku tahu kau takkan pernah membacanya. Jika ku fikir, lalu untuk apa pula ini ku tuliskan? Tak apa, aku akan tetap menulis segala tentangmu sekalipun tak pernah terbaca olehmu. Setidaknya kau ada dan hidup dalam setiap cerita-ceritaku.

Bagaimana dengan kabarmu? Apa kau merasa bumi semakin membaik atau malah sebaliknya? Apa kau merasa hidup semakin bersahabat atau malah semakin menyebalkan? Apapun jawabanmu, aku turut di dalamnya. Aku mengiyakan apa yang ingin kau iyakan. Pun sebaliknya, aku menolak apa yang kau tolak. Sebab, aku percaya rasa di dalam diri manusia tidak terlalu jauh berbeda. Kecuali, rasa cinta jika tidak ditujukan pada orang yang tepat. 

Sebelumnya aku harus mengatakan maaf lahir bathin, semoga ini belum terlambat. Aku seringkali ingin mengatakannya langsung ketika melihatmu mengunggah cerita halal bil halal dimana-mana, tapi urung ku lakukan sebab aku cukup tahu diri barangkali kau tak ingin membalas pesan dariku lagi. Melihatmu masih terlihat bahagia itu sudah cukup bagiku. Aku turut di dalamnya.

Aku hanya ingin menyapa lewat cerita yang tak berguna bagimu ini. Tentu saja, sebab sekali lagi aku yakin kau tidak akan pernah membaca tulisan ini. Jika tak sengaja kau baca, maka itu adalah sebuah kebaikan semesta untukku. Aku beruntung. 

Hari berganti, sebentar lagi pertengahan tahun dimulai. Usia kita semakin bertambah, bagaimana kita harus melangkah? Coba lihat almanak yang tertempel di dinding kamarmu, berapa hari lagi usiamu genap bertambah satu tahun? Berapa belas hari? Atau mungkin hampir tiga bulan lagi? Atau berapa? Berapapun itu, aku hanya ingin mengingatkan tentang rencana-rencana hidup yang telah kau bangun meski hanya dalam kepalamu. Aku tak ingin kau melewatkan rencana-rencana itu. Aku selalu menanti hal itu terwujud.

Kau harus tahu, namamu akan selalu ku pinta dalam do’aku pada Tuhan. Semoga sehat selalu menyambangi tubuhmu, meski jarum akan berulang kali menusuk lenganmu. Semoga bahagia senantiasa menyertaimu. Semoga kau mampu menjalani hari-hari yang semakin rumit ini. Semoga tidak ada tangis dalam dirimu ketika hidup kau rasa semakin membuat sesak. Semoga akan selalu kau temui rumah yang menjadi tempatmu pulang. Aku merapal segala do’a terbaik untukmu setiap harinya. Semoga satu per satu do’aku dikabulkan Tuhan untukmu dimanapun kau berada. 

Aku selalu merindukanmu yang tersenyum dengan lesung pipi di wajahmu, kacamata yang melorot di batang hidungmu, serta gigimu yang tak rata itu. Aku merindukan keningmu yang berkerut ketika sedang berfikir dan matamu yang menyipit ketika kau melepas kacamatamu. Aku merindukan dirimu yang periang dengan segala celoteh yang kau lontarkan dan suaramu yang merdu ketika bernyanyi. Meski merdunya hanya menurut dirimu sendiri. Aku merindukan segala yang ada pada dirimu. Kelak semoga kita bertemu dan menyatu kembali.

“Istirahatlah, besok kita lanjut cerita lagi!” adalah kalimat yang selalu kau katakan padaku menjelang tidur. Begitupun kini, aku mengatakannya pada diriku sendiri. Aku harus menyudahi cerita ini, lain kali akan ku lanjutkan. Selamat tidur, jangan melakukan hal buruk sebelum tertidur. Kita tak pernah tahu apakah kita akan terbangun kembali setelah tidur malam ini. Namun semoga masih, aku selalu mendo’akan itu. Tidurlah!







28.5.2021

11.11 pm

-aku-

Komentar