Ini cerita tentang seorang gadis
berjaket merah yang sekarang memiliki keinginan untuk mengganti jaketnya dengan
hoodie dark purple karena melihat sesosok manusia tampan tak tergapai
mengenakannya juga. Gadis yang baru saja memasuki usia seperempat abad lebih
satu tahun. Gadis yang belakangan suka sakit kepala, entah karena apa. Mungkin
karena kepalanya bergelut dengan angan yang semakin sulit untuk digapai.
Mungkin juga karena asupan gizi dalam tubuhnya semakin berkurang karena malas
makan. Gadis berjaket merah itu, si nanggung tak apa-apa. Si paling banyak
maunya, tapi malas geraknya.
Gadis berjaket merah yang semakin
sadar bahwa ternyata dia kini sampai pada titik tidak ingin kembali kepada
orang-orang lama yang pernah singgah dalam cerita hidupnya. Bukan ingin dicap
sombong, hanya memang dia bingung untuk memulai komunikasi yang baik dengan
mereka. “Ya kalau masih bisa menghindar, aku akan menghindar.” gumamnya dalam
hati. Hal sederhananya, dia selalu punya beribu alasan untuk menolak ketika
teman-temannya mengajak untuk bertemu, berkumpul, bernostalgia, reuni. Entah
sudah berapa kali dia melewatkan ajakan-ajakan itu. Hingga seiring waktu
merekapun lelah dan dia resmi menjadi seseorang yang terlewatkan, juga
terlupakan.
Gadis berjaket merah yang dulu
sering dicari, bisa diandalkan, kini merasa
seperti kerupuk yang disiram kuah panas. Lembek. Payah. Semangat memudar,
selalu melihat ke atas, cuek, dan sialnya dia mulai tidak mencintai dirinya
sendiri. Gadis berjaket merah yang merasa menyesal belakangan karena telah
menyia-nyiakan beberapa fase dalam hidupnya. Gadis berjaket merah yang dua
minggu ini berjanji untuk menikmati liburan tetapi tetap produktif, nyatanya
gagal. Gadis berjaket merah yang masih sibuk dengan halusinasi dalam mencinta
yang tak mungkin terjadi. Gadis berjaket merah yang tidak percaya diri dengan
apa yang ada dalam dirinya. Gadis berjaket merah yang sebenarnya tidak tahu apa
yang dia inginkan. Dia, gadis berjaket merah dengan segala sifat buruknya yang
ingin ku bumi hanguskan karena tidak pandai bersyukur.
Aku ingin dia menjadi sosok gadis
yang baru. Gadis dengan hoodie dark purple seperti sesosok manusia
tampan yang kelihatannya semakin berkarisma ketika mengenakannya. Ah jangan
tampan, karena dia seorang gadis. Mungkin dia bisa menjadi sesosok manusia
cantik nan keren yang bangga dengan dirinya sendiri. Menjadi sosok gadis dengan
hoodie dark purple yang lebih produktif, meski terlambat tapi setidaknya
dia bisa menghasilkan karya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Gadis
dengan hoodie dark purple yang dewasa sesuai usia, bukan sesuai dengan
siapa dia lebih sering berinteraksi. Gadis dengan hoodie dark purple yang
semestinya lebih mencintai dirinya sendiri dan bersyukur dengan pemberian sang
pemilik semesta. Gadis dengan hoodie dark purple yang lebih terbuka
dengan orang-orang baru. Gadis dengan hoodie dark purple yang lebih
realistis dan tidak terlalu perfeksionis.
Harapnya hal buruk tidak
lagi-lagi menimpanya. Harapnya Ia sadar bahwa hidup benar-benar hanya sekali
dan tak terulang kembali. Past is the past. Bahkan sedetik lalu tidak
akan terjadi lagi. Semua bisa dijadikan refleksi diri, diperbaiki, bukan untuk
terus menerus disesali. Harapnya dia bisa menjadi gadis dengan hoodie dark
purple yang menyenangkan terlebih untuk dirinya sendiri. Menemukan makna
senangnya sendiri. Berfikir dan bertindak positif. Menjadi manusia yang juga
memanusiakan manusia di sekitarnya. Menjadi hidup dimanapun dia ditempatkan.
Dia, gadis dengan hoodie dark purple yang ingin kuselamatkan dari
dunianya yang dipersulitnya sendiri.
Salam dari keduanya, aku.
![]() |
Ini fans-nya. |
![]() |
Ini Idol-nya. |
Komentar
Posting Komentar