Menemanimu dalam meraih mimpi, itu tugasku.

Bertemu denganmu menjadi salah satu syukur sepanjang hidupku. Tidak hanya kau, tapi tentu juga teman-temanmu. Kau tahu rasanya aku? Aku yang dituntut dewasa dalam sifat kekanak-kanakanku. Aku yang dituntut sabar dalam sifat pemarahku. Aku yang dituntut untuk lebih cepat mengambil keputusan dalam sifat labilku. Aku yang dituntut belajar memahami dirimu, sedang aku tak faham dengan diriku sendiri. Apa kau tahu rasanya aku? Aku yang ingin menyerah tapi tak ingin disebut payah. 

Bertemu denganmu menjadi satu kebahagiaan, sekaligus kesedihan dan kekecewaan di waktu yang sama. Aku bahagia bisa melihat riang tawamu sepanjang hari. Aku turut bersedih ketika mendapati dirimu tidak seberuntung yang ku kira. Akupun kecewa dengan harapan tinggi yang kusematkan di pundakmu, tapi ternyata tidak sanggup untuk kau pikul. Hingga terkadang amarahku memuncak tak mampu untuk ku bendung ketika aku tahu kau tak pernah mendengar apa yang kuucap bahkan tak pernah menganggap aku ada. 

Aku berfikir, apa yang sudah ku perbuat hingga semesta mempertemukan kita? Aku dan kau jauh berbeda. Jika orang lain diberi kesempatan untuk menelisik lebih jauh, maka kita sudah salah dari segala arah. Apa kau sadar itu? Aku selalu. 

Aku tak akan pernah bisa mengubahmu. Bisaku hanya mencintaimu, menemanimu dalam meraih mimpi yang sedari dulu mungkin sudah kau impikan. Menjadi sosok yang semoga bisa kau kenang di masa depan, seraya bergumam bahwa ada seseorang yang begitu tulus menemani langkahmu menuju pijakanmu saat itu. Itu aku. 

Untuk kau ketahui, kau adalah alasan bangkitnya semangatku dalam memulai hari. Adalah pemandangan yang selalu ingin ku lihat di saat kepalaku mulai terasa penat. Adalah suara yang ingin ku dengar di tengah hingar-bingar. Adalah candu yang selalu mengguratkan senyum, lalu rindu. Adalah rapalan do'a yang selalu ku pinta di setiap sujud terakhirku. Itu kau, pasti.

Sadarku, barangkali belum bisa menjadi yang terbaik untukmu. Belum sepenuhnya mengenalmu, bahkan terkadang merasa asing dengan dirimu. Aku faham akan hal itu. Menjadi aku begitu sulit. Ada banyak pertanyaan yang tak kutahui jawabnya. Semua itu tentang bagaimana menjadi sosok menyenangkan bagimu. Aku tahu, tak semua bicaraku dapat kau mengerti. Tak semua penjelasan yang ku bagi dapat kau fahami, bahkan sesederhana tulisan yang ku ukir di papan tulis. Aku tahu, tak semua dari itu dapat kau serap ke dalam otakmu. Maaf untuk hal itu. 

Untuk mu, jika nanti kau sudah menjadi apa-apa atau bahkan tidak sama sekali. Jangan lupakan, aku pernah ada di beberapa bagian hidupmu. Entah akhir cerita kita akan bagaimana, satu yang pasti aku akan tetap bersyukur pernah dipertemukan denganmu. Aku akan bersyukur bahwa kau dikirim semesta untuk mengajariku tentang sesuatu yang selama ini ku abaikan. Terbanglah jauh, raih mimpimu. Sedang aku tetap di sini, seperti ini. Sekali lagi, menemanimu dalam meraih mimpi, itu tugasku. Sisanya kita adalah dua insan kesepian. Dipertemukan untuk saling mewarnai kehidupan. Terimakasih untuk itu. 

Segala baik buruk tentangku yang bersarang di kepalamu, cukup padamu saja. Simpan untukmu saja. Aku tak perlu tahu, dan memang tak mau tahu. Segala yang kau beri padaku, aku hargai itu. Aku akan selalu mencoba untuk memahami segala bentuk keluh kesah dan sedih tawamu. 


Ps : Masih dalam suasana hari guru. 



S e l a m a t 

H a r i 

G u r u. . .




Di penghujung November, 30 '22

Rabu, 22.10 WIB

-YunChoi-












Komentar