Aku semakin yakin kalau sesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik. Sekalipun itu berlebihan dalam rasa bahagia. Bahagia tentu tak selamanya, sebab sudah jelas bukan? Tak ada yang abadi di dunia, katanya. Sayangnya, aku sebagai manusia malah melakukannya. Barangkali aku terlalu bahagia mendengar kabar kau akan menjadi satu dari bahagian hidupku. Menjadi satu dari banyak manusia bumi yang akan menjadi sosok paling ku sayang. Menjadi satu dari banyak manusia bumi yang akan menemani hari-hariku. Menjadi teman bermainku nanti. Menjadi satu dari banyaknya harap dalam do'a. Sayangnya, mungkin aku terlalu bahagia menyambutmu bahkan sebelum aku tahu siapa namamu. Sebelum aku tahu bagaimana bentuk matamu, hidungmu, dan segala rupamu. Sebelum aku tahu bagaimana sikap dan sifat mu nanti. Sebelum aku tahu apakah kau akan menyayangiku sama dalamnya seperti aku menyayangimu.
Hal yang harus kau tahu, aku sudah merencanakan banyak hal untuk pertemuan kita. Aku sudah mempersiapkan banyak hal untuk menyambut kedatanganmu. Aku sudah membayangkan kita akan menciptakan momen bahagia di hari kau akan datang menemui ku. Kita berada dalam bingkai foto yang sama, dengan orang-orang terdekat kita. Kita akan mengenakan pakaian yang sama, sama dengan orang-orang terdekat kita. Kita akan bermain dan bercanda bersama dengan orang-orang terdekat kita. Aku sudah membayangkan kau memanggil namaku dengan sebutan yang sudah ku persiapkan jauh sebelum hari dimana kau akan menemui ku. Sebutan yang pertama kali akan kau pakai, khusus untuk memanggilku. Aku sudah membayangkan akan menyuapimu saat makan, memandangimu saat terlelap. Aku sudah membayangkan saat hari raya tiba, rumah akan semakin ramai karena kehadiranmu. Aku sudah membayangkan bahagiaku saat aku bertemu denganmu. Bukankah itu adalah wajar ketika aku dan mereka tahu bahwa Tuhan akan menitipkan mu untuk kami, maka kami tak tak ada hentinya untuk memikirkanmu? Atau berlebihan?
Ah tapi, rasa itu mungkin terkesan berlebih. Hingga Tuhan merubah segalanya. Rencana itu tak jadi terwujud, bahkan tidak akan pernah terwujud. Kau rupanya belum mau bertemu denganku dan keluarga barumu. Kau rupanya masih enggan untuk hadir di rumahku. Kau rupanya masih betah di sana, di rumah Tuhan.
Hari ini, hari dimana harusnya kau lahir ke bumi. Tak ada yang bisa ku lakukan. Hanya do'a dan kata "Andai" yang terus berkeliaran di dalam benakku. Andai tidak begini, pasti sudah begitu. Pada akhirnya aku hanya manusia biasa yang bisa berencana, tapi tetap saja Tuhanlah sang Maha memutuskan rencana itu akan terwujud atau tidak.
Bermainlah di sana bersama surgamu. Biar aku dan mereka nanti yang akan datang menemuimu. Tetap tunggu. Seraya aku dan mereka bersiap diri sebelum menujumu.
Kau harus tahu, aku tetap bahagia meskipun kita tak sempat berjumpa di dunia.
Rantauprapat, 15 Oktober 2021
22.10 WIB
Nada loves you, Liv. 🖤
Komentar
Posting Komentar