"Jangan buru-buru. Jangan ragu-ragu. Tenang, semua butuh waktu." Kataku di Twitter beberapa hari lalu.
Setidaknya memang itu, untuk saat ini. Segala macam pertanyaan yang ditujukan kepada kepala-kepala yang sedang berfikir.
"Kapan wisuda?"
"Kapan dapat kerja?"
"Kapan nikah?"
"Kapan punya anak?"
Dan kapan-kapan lainnya. Dan segala kata tanya di depan kalimatnya.
Bagi yang tahu jawabannya, pasti akan dengan senang hati menjawab segala pertanyaan semacam itu.
"Alhamdulillah, periode Februari."
"Aku udah kerja di sekolah/perusahaan ini."
"Doain aja lancar, bulan April pasti dapat undangan deh."
"Puji Tuhan udah hamil 3 bulan."
Yang 'mematikan' itu kalau jawabannya masih ada di awang-awang. Ngambang. Sulit untuk bilang, "Gak tahu", "Belum", atau apa saja dengan arti yang belum jelas. Bisanya akan senyum kikuk, mata melihat objek lain, mengalihkan pembicaraan, dan paling mentok pergi dari kerumunan orang-orang yang sedang menanti jawaban. Ya, pergi sambil mengumpat 'SIALAN'. Pergi sambil merutuki nasib, 'KOK GINI AMAT YA HIDUP?' Pergi sambil berfikir, kemudian menjadi semangat dan bilang, 'AKU HARUS BISA MENJAWAB PERTANYAAN MEREKA DENGAN SATU KEPASTIAN. BIAR MULUT MEREKA DIAM'. Itu pun kalau memang masih ada sisa-sisa semangat di dalam dirinya. Tapi aku lebih sering mendapati mereka yang dilontarkan pertanyaan demikian bukan menjadi semangat melainkan semakin jatuh. Marah dengan keadaan, marah dengan diri sendiri, dan mungkin yang paling parah marah kepada Sang Pencipta. Jangan, itu salah! Aku tidak membenarkan.
![]() |
Photo : google |
Jawabannya ada pada aku, kamu, kita, mereka, dan semua yang sedang ditembaki pertanyaan-pertanyaan yang paling menjengkelkan di dunia ini. Pertanyaan yang kusebut di atas. Itu hanya beberapa, mungkin masih ada pertanyaan yang lebih membosankan dari pada itu. Jawabannya adalah pembuktian. Usaha. Kita yang berusaha, mereka yang menembaki hanya tahu hasil. Jangan pernah tanya mereka tentang apa yang sedang atau sudah kita usahakan, mereka pasti akan menjawab "Tidak tahu".
Hidup memang begini. Fase kehidupan dimulai dari lahir (hidup), sekolah, kuliah, kerja, nikah, punya anak, tua, mati. Selesai. Tentang kita sedang berada di fase mana, sama saja. Bedanya, bagaimana kita tetap berjuang untuk lanjut ke fase berikutnya dan tidak kalah dengan keadaan. Bagaimana kita bersikap, bagaimana kita berfikir, bagaimana kita memaknai segala fase kehidupan yang kita jalani sendiri.
"Tak ada salah dan benar, tergantung selera dan sudut pandang." Begitu kata @sibisma, (member Sm*sh yang baru-baru ini comeback dengan single baru, ets Mon maap aku bukan Smashblast. Aku cuma lagi suka stalking Ig @sibisma karena quotesnya bagus. Heheh."
Selamat tidur, setelah membaca keabsurdan ku yang lama tidak menulis ini. Tetap semangat! 💜
Rantauprapat, 29 Januari 2020
-YunChoi-
Komentar
Posting Komentar