Ingin sekali aku
bercerita tentang tiap-tiap hari yang kulalui, tapi tak bisa kulakukan akibat
keterbatasan waktu. Seperti cerita dalam seminggu lalu ini, hari dimana aku
berhasil menyelesaikan 1 tahap untuk mencapai puncak titik aman terakhirku.
Sementara. Katakanlah aku bahagia, namun nyatanya duka. Katakanlah aku lega,
namun nyatanya beban dan kecewa. Kesemuaan rasa itu berpadu, menjadi segala
rasa yang tak bisa untuk aku jelaskan.
***
Dalam menggapai suatu
impian, haruslah disertai usaha dan do’a yang maksimal. Kata orang “Usaha tidak akan menghianati hasil”. Atau
ada juga yang menyebutkan, “Apa yang kau
tanam, itulah yang akan kau tuai.” Seberapa keras kau berusaha, hasilnya
akan sesuai dengan usahamu itu. Seseorang juga pernah mengatakan padaku, bahwa
jika hasil yang kau dapat belum maksimal, itu artinya usahamu untuk menggapai
hasil tersebut juga belum maksimal. Begitulah kira-kira.
***
Rasa yang tak bisa
kujelaskan itu berupa bahagia karena masih memiliki teman-teman yang senantiasa
selalu ada membantu. Teman-teman di jalan Allah, yang selama ini kadang
terabaikan. Untuk itu, rasa syukur harus kupanjatkan kepada-Nya karena telah
mengirim malaikat-malaikat penolong itu padaku, dan turun di saat aku
membutuhkannya. Rasa itu juga mewakili beberapa pertemuan konyol baik disengaja
ataupun tidak, dengan seseorang yang pernah menyuntikkan virus merah jambu
berkepanjangan selama bersemester-semester. Membuat lupa diri, tak tahu diri,
hingga pada meliarkan imajinasi yang cukup tinggi. Ah, entahlah. Kurasa itu
sudah berakhir.
***
Juga, kepada
teman-teman yang ternyata masih ingin menjalin kasih perteman setelah tiga
bulan kebersamaan dulu sudah berakhir. Sebenarnya, jika mau kita bisa sudah
saling melupakan ketika perpisahan kemarin tiba. Kita bisa saja sudah tidak
saling mengenal sejak pertemuan terakhir kita. Kita bisa saja tidak saling peduli
dengan kesibukan kita masing-masing. Bahkan kita bisa saja sudah menghilangkan
segala kontak dan menutup lembaran-lembaran buku yang sudah pernah kita rangkai
menjadi sebuah cerita dahulu. Tapi, itu tidak kita lakukan karena rasa untuk
pertemanan ini terlalu tinggi. Setidaknya, beberapa dari sekian kita masih
bertemu tatap, meski yang lain hanya ingin menjadi sosok yang selalu
dirindukan.
***
Selain itu, lega
rasanya karena sudah berhasil menyelesaikan tahap ini. Tahap yang memiliki
banyak tantangan ketika harus melaluinya. Ah, lagi-lagi aku sulit untuk
menjelaskannya. Banyak pelajaran yang kudapat, aku menjadi pribadi yang lebih
pemberani, mandiri, dan sadar diri. Bahwa memang benar, tak ada yang mampu
menolong kita selain diri kita sendiri.
***
Tak usah kujelaskan
sedihku padamu, meski kaupun berhak tahu. Tapi aku, tidak ingin membebanimu
dengan cerita sedihku hari itu. Mauku hanya kau mengerti betapa bahagianya aku
masih memilikimu dalam hidupku. Siapapun kamu.
***
Terimakasih selalu
ada. Siapapun kamu, semoga Tuhan selalu bersamamu.
Medan, 17 Maret 2019
Di usia 21 tahun, 9 bulan,
0 hari, 16 jam.
![]() ![]() |
Bahagia dapat jajan banyak. wkwkw |
![]() |
![]() |
-yang berbahagia (minus Lita yang entah kemana)- |
![]() |
-yang berbahagia (minus Tiyas yang sudah pulang)- |
![]() |
-yang menamainya "Friend"- |
![]() |
-Juni dan Juli- |
![]() |
-cinlove dan Bu Lila- |
![]() |
-teman halu- |
![]() |
-PPL (minus banyak2)- |
![]() |
-teman juang '45 wkwk- |
![]() |
-teman mi balapku- <3 |
![]() | ||||
-teman awet- |
Komentar
Posting Komentar