Selamat malam wahai cinta, dimanapun kau berada. Untungnya, hari ini aku sedang tidak merindukanmu. Rasanya terlalu lelah jika hari-hariku habis terlewati hanya untuk merindu. Apalagi harus kutujukan padamu. Sepertinya tidak adil, karena barangkali kau disana malah sedang merindu orang lain. Entahlah.
***
Malam akan terus begini, berlanjut hingga fajar menjemput. Esok akan terulang kembali, hingga senja terganti. Dunia akan terus berputar selagi Tuhan berkendak. Tapi, apakah pernah kau rasa "dunia"-mu berhenti seketika? Bukan berhenti dalam arti sebenarnya. Namun jika kau mengerti konotasi yang kuberi, mungkin ceritaku akan mudah untuk kau fahami nanti.
Aku pernah. Baru-baru ini saja. Ketika ku berjalan, sontak ada yang terjadi padaku. Duniaku serasa berhenti. Bumi tak lagi berotasi, juga tak berevolusi. Benar-benar tak bergeming. Suaraku menjadi parau memanggil manusia bumi di sekitarku. Nafasku tersengal, tubuhku gemetar. Dan tak satupun manusia yang sigap merespon perlakuanku. Aku menjadi sosok yang paling menyedihkan di bumi. Menurutku. Saat itu. Frustasi, dan dihantui bayang-bayang takut menjalani hidup ke depan. Seperti kejadian itu menjadi titik terendah dalam hidupku.
Baik buruknya kejadian yang ditimpakan Tuhan untuk hamba-Nya adalah sebuah pelajaran. Bukan hanya cinta dari Maudy Ayunda saja yang datang tiba-tiba. Ujian dari-Nya pun datangnya tiba-tiba. Hehe. Jelas saja, sehari sebelum itu aku terlampau bahagia menikmati hari. Tiba-tiba ada sang Raja yang mengajak kencan. Ah, sulit dimengerti jalan pikirannya. Tapi itulah, ujian untuk menguatkan hati bahwa sang Raja sudah memiliki Permaisuri. Tahukan? Bisa bayangkan? Bagaimana rasanya aku?
Sayang, bagian dari bahagia itu harus terlupakan. Terkubur dalam, tertutupi kemelut masalah benang kusut yang cukup sulit untuk ku urai. Habis sudah semua yang ada padaku terkuras. Fikiran, waktu, materi, tenaga, mental, dan segala yang merusak rencana dekatku. Tak habis fikir dunia secepat itu berbalik. Berubah signifikan 180 derajat. Melibatkan manusia-manusia dengan latar belakang berbeda. Manusia yang tak bisa untuk ditebak. Manusia yang aku sama sekali tidak habis fikir dengan perlakuannya.
Kadang aku berfikir, jika ada yang menjahatiku, haruskah aku balas dengan menjahatinya juga? Atau tetap berbuat baik kepadanya? Jika pepatah mengatakan "Air susu dibalas air tuba". Apakah aku harus membaliknya dengan "Air tuba dibalas dengan air susu? Haruskah? Baiklah aku mengalah. Jika memang begitu, aku sudah berupaya melakukannya. Tak ku halangi itikat baiknya. Meski jujur saja, isi kepalaku masih ada rasa curiga. Tapi, kembali lagi hanya Tuhan yang Tahu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S 2 : 216)
Dari sini, aku semakin tahu bagaimana aku yang sebenarnya. Seberapa kuat aku dari yang kufikirkan. Pelajarannya, hidup bukan hanya tentang bahagia atau tidak. Lebih dari itu, proses untuk mencapainya yang menjadi lebih berarti. Di umur yang semakin menua, aku menjadi berani untuk menghadapi, menggeser, kemudian memindahkan bongkahan batu besar yang mencoba menghalangi langkahku menuju masa depan. Bukan untuk bersombong diri, tapi kali ini aku bangga menjadi diriku sendiri. Entah mengapa.
Di sisi lain, kata Ibuku "Gak ada yang bisa nolong kau, kalo gak kau sendiri.". Iya, terkadang benar, benar sekali bahkan. Memang manusia lain seolah tak mengenal jika kita berada dalam kubangan masalah. Tapi kembali juga, menurut orang IPS, "Manusia adalah makhluk sosial." yang sewaktu-waktu membutuhkan manusia lainnya. Aku ingin memberi tahumu, bahwa dalam kondisi apapun "rumah" adalah tempat istirahat paling nyaman. Tempat pulang paling dinantikan. Dan "rumah" itu adalah keluarga. Benar kata BCL, bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga. Sekalipun jarak membentang, pertemuan sudah semakin jarang, namun jika kau berada dalam medan perang, merekalah yang membantumu untuk menyerang dan menjadi yang paling garang. Peluk hangat untuk keluarga yang masih berada di dekatmu sekarang! :'))
***
Selamat malam cinta, terlelaplah. Mimpikan aku lagi, yang mungkin takkan pernah kau temui. Berjalanlah terus, meski waktu habis tergerus memisahkan masa lalu yang semakin terhapus. Bahagialah senantiasa, semoga apa yang kita rasa tidak menjadi siksa.
Medan, 10.05 PM
-aku-
Komentar
Posting Komentar