J'series-Rindu


“Aku rindu.”

Kalimat pengakuan yang cukup berat untuk diakui, juga diungkapkan. Egoku kalah ketika aku berhasil mengucap kata rindu. Rindu sendiri, tanpa orang yang kurindukan di sana merasakan.

“Biasa saja.” jawabnya kemudian.

“Apa yang biasa?” tanyaku bingung.
            
“Aku biasa saja. Sedang tidak merindukan siapa-siapa, apalagi kau.” Jelasnya.
            
Sekarang aku yang terhenyak, diam, seraya berfikir mencari kata apa yang tepat untuk membungkam fikirannya yang sudah merusak jiwaku.
            
“Lalu, apa rasanya dirindukan tanpa pernah merindukan?” tanyaku menatap manik matanya.
            
“Biasa saja.”
            

“Aku tak pernah  meminta untuk dirindukan, apalagi memintanya padamu. Kaunya saja yang terlalu mudah berkata rindu. Jangan terlalu meresapi pertemuan kita dahulu, bagiku itu tak pernah berarti apa-apa.” Jelasnya.
            
Lagi, bukan aku yang berhasil membungkamnya. Tapi dia, yang selalu membuatku harus berhenti bicara.
            
“Jika aku begitu, lalu kau apa? Dulu, sering juga menyeret rindu dalam kamusmu. Apa kau lupa?”
            
Dia melihatku. Menatapku dalam. Satu yang kulihat, sorot matanya tidak benar-benar mencerminkan apa yang sedang dikatakannya.
            
“Rindu itu hanya bual, yang kusematkan di pertemuan-pertemuan awal. Sekarang, aku mual jika kau suruh mengingatnya.”
            
Hening. . .


“Sekarang sudah tampak, siapa yang menyimpan harap dan siapa yang tidak.” tandasnya.

Gambar terkait 


Medan, 5 Desember 2018
-korban merindu tanpa dirindukan-



Yuni Choirun Nisa Siregar

Komentar