Matahari 15 Mei baru saja sembunyi untuk menanti hari esoknya. Aku duduk menepi di kamar kos dengan segala benang kusut yang bergelut di pikiranku. Sehabis magrib tadi, 1 Ramadhan 1439 H ditetapkan jatuh pada hari Kamis, 17 Mei 2018. Sebelumnya aku tak pernah terbayang bagaimana Ramadhan hari pertamaku tahun ini. Untuk pertama kalinya dalam hidup, hingga usia hampir 21 tahun aku terpisah sejauh terhingga dari mereka. Sudah, dan sangat disayangkan, bahwa pada kenyataannya lima manusia penguhuni rumah di Jalan Teratai 428 akan berbuka di tempat mereka bertengger saat itu. Bagaimana mungkin aku membayangkan lima manusia dengan segala macam kesamaan dan kebersamaan menjalani hari di lima dapur masing-masing?? Sungguh aku tak terbayang.
Namun apapun itu, waktu tak bersalah, pun keadaan begitu. Tak ada hal yang patut untuk dituding menjadi sesuatu yang salah. Hidup akan tetap berlanjut, sekalipun kebersamaan terpaksa surut. Walau raga berjauhan, bukan berarti jiwa tak tersimpan. Hati akan tetap bersama, karena keyakinan bahwa Allah selalu menjaga.
Marhaban ya Ramadhan, marhaban syahrul syiam. . .
Selamat menyambut bulan suci Ramadhan. . .
Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah swt. . .
Aamiin, yaa rabbal alamin. . .

Teruntuk anak kos yang tak bisa pulang kampung di hari pertama puasa, jangan salahkan kampus atau pados budos yang tak memberi izin libur. Jangan pula salahkan perkuliahan yang masih saja berlanjut dan tak ingin dilewatkan olehmu. Percayalah, kau tak sendiri. Ada aku, aku yang menjadi teman senasib sepertimu. Mari kita berjuang untuk tetap kuat berpuasa di rantau urang. Yakinlah, ini akan menjadi salah satu pengalaman puasa Ramadhan yang membekas sepanjang perjalanan hidupmu. Begitupun juga hidupku.
Hihi
Medan, 15 Mei 2018
pejuang puasa di rantau urang,
Yuni Choirun Nisa Siregar
Komentar
Posting Komentar