Lima Hari Pertama

            Alhamdulillah, tinggal 15 pertemuan lagi!”
            Begitu biasa lelucon kami di awal-awal perkuliahan. Tidak ingin gengsi mengakui, akupun berkata demikian. Meski dalam hati.
            Lima hari sudah terlewati, biasalah otak dan hati belum berhasil menyesuaikan diri.
            “Belum panas!”
     “Belum di sini rohakku!”
            Dua kalimat di atas berulang kali terlontarkan oleh mulutku ini. Rasanya seperti ada beban berat yang sengaja diletakkan di atas pundakku. Berat sekali, bahkan melebihi berat badan si Dilan. Eh, bukan. Maksudku beratnya rindu si Dilan kepada Milea sang pujaan.
            Jadi, sudah lima hari terlewati. Ada beberapa hal yang berbeda kali ini. Jelas saja, ini lembaran baru untuk kali keenam. Kesesuaian jadwal, pelajaran, serta pengisinya adalah sedikit dari banyaknya perubahan itu. Sejenak aku termenung, ingin bertanya, tapi takut dan tak tahu kepada siapa.
            “Diantara 16 kali pertemuan yang ada, tidakkah kau izinkan aku untuk menghilang barang sekali saja? Atau jika tidak, bisakah kau yang hadir meski hanya sekali dari 16 pertemuan itu? Tolonglah!”
     Fokus mungkin adalah hal yang utama, tapi untuk kali ini aku belum bisa. Seperti air sungai mengalir, aku hanya mengikuti arusnya saja. Soal dia menabrak batu besar atau hanya kerikil kecil, aku pasrah. Begitu untuk saat ini.
            Kembali aku berpikir tentang ribuan hari yang telah terlewati. Tentang jutaan bahkan milyaran detik yang sudah terbuang, dan tentang segudang mimpi yang masih mengambang. Teringat bunyi ayat yang tertulis dalam QS. Al-Mukminun:62
“Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kemampuannya, dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).”
            Aku mencoba meyakinkan diri bahwa pelangi akan muncul setelah hujan, meski tidak selalu. Aku yakin setelah kesulitan ini, pasti ada kemudahan yang menghadiri. Tertulis juga dalam QS. Al-Insyirah ayat 5-6.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Hingga akhirnya diteruskan, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”(QS. Al-Insyirah:8)

Aku berharap bisa bertahan hingga hari terakhir dimana pertemuan akan berakhir. Berharap mampu menikmati jalan menuju ke sana. Berharap mendapatkan hasil lebih dari target yang sudah diniatkan. Berharap mencintai dan memaknai sagala kejadian yang sudah terlampaui.




Medan, 9 Februari 2018
10.14 PM
-kakak itu has birthday-


Yuni Choirun Nisa Sirega ~

Komentar