Awkward



Dulu kita masih remaja. . . 
Usia anak SMA. . .
Di sekolah kita berjumpa. . . 

Cukup itu saja penggalan lirik lagu dari Dilan The Movie yang 'pas' untuk ceritaku kali ini. Cerita tentang masa-masa indah di sekolah. Khususnya SMA dulu.

Jadi, awkward moment itu ketika kita bertemu dengan teman lama setelah beberapa tahun berpisah. Katakanlah tidak usahpun bertemu, cukup bertegur sapa lewat sosial media saja. Rasanya canggung sekali, padahal dulu kita sangat dekat. Memang benar, jika pertemuan sudah tiada lagi maka rasa itupun akan hilang. Entah rasa apa saja yang mewakilinya .Mungkin rasa pertemanan diantara kita.

Jika dikilas-balikkan, dulu kita sangat dekat. Dekat dalam artian yang luas. Kita memang tak selalu bersama, kita juga tidak selalu berdamai, tapi bersamamu aku merasa takut kehilangan. Aku pernah tertawa bahagia dibuatmu, pernah marah sejadinya dibuatmu, tapi aku tidak pernah menangis karenamu. Itu lebih karena aku tak mau dicap sebagai 'teman yang cengeng'. 

Memori itu seperti baru terjadi hari semalam, dimana kita pernah duduk bersama tepat dibelakang kelas. Berbicara tentang pertemanan yang kala itu sedang dalam kerumitan. Kita pernah duduk di pinggiran kolam, menunggu les sore dimulai. Kita juga pernah bertengkar hebat hanya karena hal yang tidak terlalu penting. Alhasil, aku mendiamimu untuk beberapa hari. Dan, kau mengalah lalu berusaha meminta maaf padaku. Aku ingat itu semua, bahkan aku ingat ketika kau berbagi cerita dengan kisah nyata hidupmu sendiri. Kisah tentang dirimu, orang-orang disekitarmu. Termasuk aku yang kau anggap sebagai saudaramu sendiri. Aku geli mengingatnya. Ah, aku juga ingat ketika hari bahagiaku kau seolah menghilang tanpa pesan. Kau dimana waktu itu? Aku marah padamu.

Kemudian sekarang kau datang, menyapa lewat sosial media perantara. Aku merasa aneh denganmu, seperti kita dua orang yang baru saja berkenalan. Lagi-lagi mungkin karena pertemuan sudah tak pernah kita alami. Jangan pikir aku tak pernah rindu, diam-diam aku sering membuka album lama tentang kebersamaan kita. Membuka foto-foto lama yang terhitung oleh jari tanganku saja. Pasalnya, kau pernah mengatakan bahwa kau tak bisa berfoto denganku. Kau berbeda, tidak seperti teman-temanku yang lain. Mereka sejak memasuki kelas XII, mulai gencar mengumpulkan foto kebersamaan masa SMA. Tapi kau, kurasa tidak begitu. Terlebih mengambil foto denganku, tidak. Itu salah satu hal langka yang pernah kita lakukan. Terhitung, hanya ada kurang dari lima foto kita dalam satu frame berdua. Astaga!

Aku tahu sebenarnya kau peduli, tapi gengsimu saja yang terlalu tinggi. Aku bisa mengerti, akupun terkadang begitu. Kau datang menyapa, menjadi sosok yang penting (lagi) dalam hidupku. Setelah 3 tahun terakhir kita sempat tak pernah bertegur sapa. Aku sangat bersyukur, karena ternyata kau masih tetap se-menyebalkan dahulu. Itu tandanya, kau tidak berubah. Tapi yang kusesalkan hanya satu, mengapa percakapan kita menjadi aneh? Terasa asing, dan sangat canggung. Aku tak bisa lagi mengkajinya lebih jauh. Kuharap, kau bukan orang asing yang baru saja datang ke kehidupanku. Tapi, kau adalah perantau yang merindukan kampung halaman dan memilih untuk kembali. Anggap saja kepadaku. Untuk pertemanan kita.





Medan, 17 Februari 2018
-four months before-



YunChoi~


Komentar