Hujan vs Cerah Hari

Entah kenapa waktu hujan turun suasana hati berubah jadi mellow ditambah puitis juga. Kata si Tia, kalau hujan yang dipikirkannya itu 1% kenangan, 4% masa depan, sisanya 95% pisang goreng hangat sama lemon tea hangat.

Aku, kalau hujan kebalikannya. Lebih banyak berpikir. Berpikir sambil mengingat kenangan. Berpikir sambil mengkhayal masa depan. Sisanya berpikir sambil memilih cari makanan di luar, atau tidur mengurung diri di kosan.

Berhubung karena perut sudah kenyang dan mata masih terang, jadi aku putuskan untuk berpikir tentang yang lain saja. 

Hujan malam ini sepertinya balasan dari cerahnya hari semalam. Cerah dengan langit biru seperti bajuku. Persiapan memang, siapa tahu semangat itu juga secerah harinya. Kepada biru kuberharap kecerahan. Kecerahan yang didamba agar secerah hari itu. Tapi sayang, Ia tak bisa. Gelap menyelimuti perasaan, sesaat setelah mendengar perkataan ringan pemutus angan dari mulut orang yang kukenal saja tidak. Aku tadinya berharap si cerah itu masih ada harapan, tapi sayang Ia tak bisa lagi menyimpan. Menyimpan kecerahannya lebih lama lagi. Ia memutuskan untuk berhenti menjadi secerah langit biru, dan memilih berganti dengan awan kelabu.

Seketika setan bermuculan, penyakit hati datang silih berganti. Antara mewujudkan mimpi atau berhenti. Jangan berprasangka, ini bukan tentang apa-apa. Ini tentang aku dan anganku, tentang anganmu terserah maumu apa. Kuncinya katanya hanya Who?, What the goal?, and What his problem? Baiklah kalau itu memang kunci untuk merealisasikannya.

Satu lagi, Be unique, be creative, so that people around you will know you and smile into you. Jadilah yang khas, berbeda dengan orang lain. Jangan mau jadi yang biasa-biasa saja, jika tak kuat melihat orang yang luar biasa!!



Sekian pencerahan malam ini, selamat beristirahat!! Semoga esok secerah yang kau mau :)  



Medan, 24 Oktober 2017
9.32 PM

YunChoi~

Komentar