Cerita 2k16

Malam ini, baru saja aku menyelesaikan bacaanku tentang satu buku. Dilan, dia adalah Dilanku 1991. Terusan dari buku yang kubaca semalam. Dilan, dia adalah Dilanku 1990. Keduanya aku dapat dari seseorang yang sengaja membawakannya beberapa minggu lalu untukku. Di ujung kanan setiap buku terdapat tulisan, 

Untuk Adik Perempuanku Sayang,
Yuni Choirunnisa Siregar
Maaf abang udah baca duluan.

Tertulis tanggal dan juga namanya.

Kurasa itu kali pertama dia mengutarakan rasa sayangnya padaku, meski hanya lewat sebuah tulisan. Ya, namun pada hakikatnya dia memang akan selalu sayang padaku. Apapun yang terjadi, meski timur menghadap utara, meski bumipun terbelah dua, sampai bintang runtuh dari angkasa. Dia akan tetap.

Kemarin, delapan hari yang lalu. Satu dari tiga ratus enam puluh lima / tiga ratus enam puluh enam hari di 2017 baru saja dimulai. Namun bagiku, 2016 masih jelas diingatan. Sedikit aku ingin membagi #2016bestnine berdasarkan momen yang kurasakan, bukan berdasarkan post/like di instagram. Ya, kau tau sendirilah berapa likers saya paling mentok disana -_-


1. Mengawali awal semester II dengan "membelok" ke Danau Toba sebelum ke Medan. Jalan-jalan pertama di tahun 2016 bersama dua sepupu cakeubh, tiga ibu-ibu hebat, dan satu ayah tangguh. Semuanya berasal dari keturunan yang sama. Setidaknya didalam darahku mengalir darah-darah mereka juga.

2. Libur yang dipaksakan. Terdapat tanggal merah di kalender yang jatuh pada hari Kamis. Hasil dari negosiasi dengan dosen, maka Jumatpun akhirnya berhasil diliburkan. Aku, masih bersama dengan mereka yang sedarah denganku pergi untuk menikmati liburan yang anak kuliahan paling nantikan. Menempuh perjalanan yang cukup lama, namun sangat menyenangkan. Ya, kami pergi ke Pelaruga yang ada di daerah Binjai. Anggap sajalah kau tahu,. Aku malas menceritakan lebih detail lagi.

3. Foto studio. Waktu itu Mei 2016, tepatnya waktu aku patah hati karena gagal pergi untuk wisuda  dia, si pemberi Dilanku 1990 dan 1991. Sebagai pengobat hati, aku turut menikmati sesi demi sesi foto dengan kostum merah hitam yang entah apa artinya. Sehingga beberapa dari kami pusing mengupayakan agar pakaian yang dikenakan tetap senada. Merah hitam.

4. I think this is a special gift. Lagi-lagi karena dia, si pemberi Dilanku 1990 dan 1991. Ya, berkatnya setidaknya aku dapat hadiah istimewa yang tak pernah kuduga. Sederhana, namun itu cukup membuatku menjerit kegirangan. Setelah Oktober 2015 lalu aku diberi semangat oleh dia yang kusuka, kini Juni 2016 aku diberi ucapan selamat ulang tahun dari mereka. Dia dan kakaknya. Ya, kau lihat sajalah dia siapa. Moodboster sepanjang 2011 hingga sekarang. Aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Apakah kau bisa membantuku?

5. Herraya 2016. Kali kedua kami merayakan Idul Fitri berlima saja. Bukan, lebih tepatnya tidak mudik alias pulang kampung. Namun ada hal tak terduga didalamnya, ternyata kami mudik di lebaran kedua. Senang rasanya menginjakkan kaki di kampung halaman. Menghirup udara segar dari bumi kelahiran Ayahku. Ya, kota Padang Sidimpuan. Kebahagiaanku berlibat lebih karena bertemu dengan saudara sedarah yang lama tak jumpa. Dan itu semua takkan menjadi long time memorie  jika jalan-jalan tidak ada. Sudah lama tidak pergi bersama mereka. Rindu sering menyelimuti ingin pulang kesana. Meski hanya berkumpul, bercerita, bermain, dan benyanyi, aku akan tetap suka. Suka ke tanah kelahiran Ayahku.

6. Nobar alias Nonton Bareng. Sejak lama aku sudah menantikan film ini. Mungkin sedikit kedengaran berlebihan, karena aku memang terlalu berlebihan. Sejak 2011 sampai sekarang aku tetap menyukai mereka. Hari itu, Oktober 2016. Aku menemukan info bahwa Sabtu, 8 Oktober 2016 akan ada nonton bareng pemain film Ada Cinta di SMA di Medan. Tepatnya di Thamrin Plaza. Mendengarnya aku merasa beruntung karena sama persis dengan niatanku yang ingin menonton film itu meski tidak dengan para pemainnya. Alhasil, dengan ditemani oleh dua orang kakak yang hari itu "patuh" terhadapku aku berhasil melihat langsung ito dan paribanku. Tak usah kujelaskan, yang pasti itu benar. Bukan karang-karanganku saja.

7. Semester III memang membuat pusing berkeliling-keliling. Pasalnya, semua yang kusentuh hanyalah tentang Fisika. Fisika, Fisika, dan Fisika. Karenanya, kami sedikit butuh semangat untuk tetap bertahan sampai akhir perkuliahan. Seiring berjalannya waktu, dan seiring persahabatan yang kami jalin dengan para dosen (kadang berhasil, kadang tidak), kami para penghuni kelas Fisika Dik E 2015 mendapat salam dari Nyhavn, Copenhagen, Dernmark. Ulah dari si komting yang berhasil membujuk sang dosen untuk membuat sesuatu yang anak-anak zaman sekarang lakukan ketika berpergian ke suatu tempat yang dianggap istimewa atau jarang atau tempat-tempat yang indah atau cantik atau bagus atau apapun itu. Hal yang tak kuduga, mengapa sang dosen begitu berbaik hati melakukan hal se-"alay" itu ke mahasiswanya. Ah entahlah, yang pasti foto sudah ditangan. Dan kami bahagia atas perlakuannya. Efeknya adalah, banyak dari kami tak hentinya mem-posting foto tersebut ke media sosial kami masing-masing. Mungkin seketika, di hari itu notification  sang dosen jebol. Hahaha. Anddd for your imformation, nilai mata kuliah yang diajarkannya sampai sekarang belum juga muncul di akad.unimed.ac.id .

8. Pensi Fisika. Saat tahu ada pensi, aku diajak ikut lomba menari oleh mereka. Menari bukanlah bidangku, hanya saja aku pernah ikut ekskul menari waktu kelas VII SMP dan itu hanya sekedar. Yang kuingat aku hanya pernah sekali ikut tampil didepan Ibu Bupati waktu itu, tari persembahan. Selainnya, kufikir jarang. Tak pernahpun. Begitu ada tawaran ikut pensi, aku meng-iyakan ajakan mereka. Bukan karena ingin menang, aku hanya ingin merasakan atmospher bagaimana jadi seorang penari handal didepan banyak pasang mata yang menyaksikan. Dengan bermodalkan latihan 1 minggu, kami siap untuk tampil. Tak perduli apa kata orang, kami siap marhabang-habang alias terbang dengan sayap biru dan kuning yang terikat di pundak (leher). Akhir pensi, kami tidak mendapat juara namun aku senang bisa tampil didepan khalayak ramai.

9. The last, my sister's wedding. Kau tahu, ini pertama bagiku. Bagi keluargaku. Mendengar kata pernikahan, rasanya telingaku sedikit sensitif. Sebenarnya. Aku hanya tak ingin segera menua karena sebentar lagi aku akan dipanggil "Tante". Meski pada dasarnya bukan itu yang membuatku sedikit khawatir. Pernikahan itu sakral. Jadi, gak boleh main-main. Tapi apapun itu, semua sudah terjadi. Kami sudah besar. Setidaknya dengan begitu, tugas Ayah dan Ibuku sudah selesai. Semua tanggungjawab untuknya sudah berpindah ke tangan pria yang dipilihnya. Ya, kudoakan dia bahagia.   

Bukan hanya sembilan, namun ada banyak lagi hal yang mengesankan selama tahun itu berlangsung. Salah satunya bertemu dan mengenal orang-orang baru, Meski kutahu dia sejak tahun sebelumnya. Namun bagiku tahu, belum berarti kenal. Ah sudahlah, itu sudah kubahas di blog sebelah. 






Entri pertama di tahun 2017,
Rantauprapat,
10 Januari 2017, 
12.10 A.M 

Wassalam,
Yuni Choirunnisa Siregar 

Komentar